Di Gorontalo, sejarah merekam banyak nama pejuang. Nani Wartabone salah satunya, yang hingga kini menjadi simbol yang tak pernah padam.
Tapi soal pengkhianat? Hanya tersisa cerita lisan. Berpindah dari mulut ke telinga. Tak pernah resmi tercatat.
Kini zaman berubah
Teknologi tak lagi memberi ruang bagi pengkhianat untuk bersembunyi.
Nama, wajah, dan sikap mereka bisa terekam. Bisa diputar ulang. Bisa disimpan selamanya.
Cerita tentang pengkhianat akan terus diingat.
Diingat bukan karena jasanya, tapi karena kebengisan mereka yang tega meminum darah dan memakan daging saudara sendiri demi segenggam keuntungan dari tuan korporat.
Mereka lupa, keuntungan itu tak akan bertahan lama.
Ketika pengaruh mereka melemah, mereka pun akan digilas.
Mulai Panik: Menghasut dan Mengancam
Perlawanan rakyat tak pernah disukai mereka yang berkuasa.
Apalagi jika yang diungkap adalah kebenaran yang menelanjangi wajah mereka.
Maka, mulailah upaya membungkam.
Ada yang menghasut. Ada yang menyebar isu pemecah belah.
Beberapa orang bahkan mulai meninggalkan barisan.
Beredar pula kabar bahwa para penggerak perjuangan dipanggil aparat satu per satu.
Alasannya: ada warga yang “gerah” dengan aktivitas penambang.










