Kalau Nani Wartabone Masih Hidup, Mungkin Dia yang Pimpin Perlawanan Rakyat Melawan Tambang Besar

Kalau Nani Wartabone Masih Hidup, Mungkin Dia yang Pimpin Perlawanan Rakyat Melawan Tambang Besar

Anki P Putra

Penulis

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Terkini, Gorontalo - Di tengah hiruk-pikuk perjuangan rakyat melawan dominasi tambang raksasa di Bone Bolango hari ini, kita kembali mengingat satu nama yang tak lekang oleh zaman: Nani Wartabone.

Sosok pejuang tulen dari tanah Gorontalo yang tak pernah gentar melawan kekuasaan, meski taruhannya adalah nyawa dan kenyamanan hidupnya sendiri.

Jika saja Nani Wartabone masih hidup hari ini, besar kemungkinan ia sudah berdiri di barisan depan. Ia tidak akan menutup mata melihat tanah rakyat dirampas demi kepentingan korporasi tambang. Ia akan memilih berpihak, seperti dulu. Berpihak kepada rakyat, bukan kepada penguasa atau pemodal.

Nani Wartabone bukan pejuang yang hanya bermain di balik meja. Ia hidup dalam pelarian, bersembunyi di hutan-hutan lebat Suwawa, demi satu cita-cita: kemerdekaan.

Ia bisa saja memilih hidup nyaman, menerima tawaran-tawaran Belanda yang datang bertubi-tubi. Harta, tahta, dan jabatan tinggi—semua disodorkan padanya. Tapi ia bukan orang biasa.

“Rakyat, rakyat, rakyatku.” Itulah yang terus terngiang di benaknya.

Kalau bukan Nani Wartabone, mungkin saja sudah tergiur. Tapi ia tidak egois. Ia tidak mau menikmati dunia sendiri sementara rakyatnya dijajah dan diinjak.

Melawan Tank dengan Parang

Secara logika, perlawanan Nani Wartabone adalah sesuatu yang mustahil. Ia dan para pejuangnya hanya bersenjatakan bambu runcing, parang, dan semangat. Lawannya? Pasukan Belanda dengan senjata otomatis, tank baja, dan taktik militer modern.

Tapi sejarah mencatat, tekad dan keyakinan bisa menumbangkan kekuatan sebesar apa pun.