Terkini, Bone Bolango – Di tengah derasnya tudingan miring dan upaya pembungkaman, satu hal yang harus ditegaskan: penolakan rakyat terhadap PT Gorontalo Minerals (PT GM) bukan gerakan bayaran. Ini murni suara dari rakyat tambang.
Perlu ditegaskan dengan lantang. Karena gerakan perlawanan yang datang dari kampung, dibuat seakan akan untuk kepentingan sponsor, kata salah seorang anggota tim 20.
Sederhana saja untuk melihatnya. Selama puluhan tahun hidup dari tanah itu, dan kini, saat tanah itu akan dirampas atas nama investasi, siapapun dia akan bangkit melawan.
“Ancaman kehilangan mata pencaharian dan masa depan anak-anak kami sudah lebih dari cukup untuk membuat kami bergerak. Kami akan mensponsori diri kami dengan apapun yang kami punya. Tenaga kami. Uang seadanya. Bahkan kalau perlu, nyawa kami,” ucap Kisman Kono, salah seorang penambang di Tulabolo.
Meski bukan orang terpelajar, sosok yang akrab disapa Ka Kimbo bersama para penambang disitu tau, "isu sponsor" hanyalah upaya untuk melemahkan perlawanan rakyat.
Tujuannya adalah biar gerakan ini terpecah akibat saling tidak percaya, hingga akhirnya melemah dan terpaksa bungkam selamanya.
Setiap aksi protes selalu dibalas tudingan: ditunggangi. Disusupi. Disponsori. Tapi siapa yang lebih pantas berdiri menolak korporasi tambang, kalau bukan mereka yang tanahnya dirampas dan hidupnya dipinggirkan?
“Kami bukan orang politik. Kami bukan alat siapa-siapa. Kami cuma mau hidup,” ujarnya lagi.
Salah kalau menganggap perlawanan ini digerakkan. Karena yang terjadi tidak seperti itu.
Perlawanan ini ada, karena rakyat bangkit karena sebuah kecemasan, bukan hanya cemas kehilangan sumber mata pencaharian tapi juga cemas akan hilangnya masa depan anak anak mereka.
Gerakan ini mungkin tak sempurna, tapi ia jujur dan murni. Tidak ada sponsor. Tidak ada keuntungan. Yang ada hanya tekad mempertahankan hidup.
Dalam setiap forum, bahkan dalam pembahasan di tingkat pansus DPRD Provinsi Gorontalo pun, isu sponsor masih tersirat dari pernyataan anggota pansus.
Andaikan saja para anggota pansus ini mau melihat dari dekat, dan berdialog langsung, kelak mereka akan tau seberapa cemas masyarakat hingga mereka memilih bangkit melawan, walaupun nyawa jadi taruhan.










